Tari Soya-Soya merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Maluku Utara, khususnya dari Kesultanan Ternate. Tarian ini memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi, mencerminkan semangat perjuangan dan kekayaan tradisi masyarakat setempat.

Sejarah dan Asal Usul

Tari Soya-Soya dipercaya telah ada sejak masa pemerintahan Sultan Baabullah, seorang sultan ternama dari Kesultanan Ternate. Tarian ini awalnya merupakan tarian perang yang ditarikan oleh para prajurit untuk menyambut kemenangan atau mengobarkan semangat juang. Gerakan-gerakannya yang lincah dan dinamis mencerminkan keberanian dan ketangguhan para pejuang Ternate dalam menghadapi musuh.

Makna dan Filosofi

Setiap gerakan dalam Tari Soya-Soya memiliki makna simbolis yang mendalam. Gerakan kuda-kuda menyerang, menghindar, dan menangkis menggambarkan strategi perang dan kesiapan dalam menghadapi tantangan. Selain itu, tarian ini juga melambangkan semangat persatuan dan kesatuan masyarakat Ternate dalam mempertahankan kedaulatan dan kehormatan daerah mereka.

Pertunjukan dan Kostum

Tari Soya-Soya biasanya dibawakan oleh 18 penari laki-laki atau lebih, mengenakan kostum tradisional dengan warna-warna cerah seperti merah, kuning, dan putih. Warna-warna ini memiliki arti tersendiri; merah melambangkan keberanian, kuning melambangkan kemakmuran, dan putih melambangkan kesucian. Para penari juga dilengkapi dengan senjata tradisional seperti pedang atau tombak, menambah kesan heroik dalam pertunjukan.

Musik Pengiring

Musik pengiring Tari Soya-Soya menggunakan alat musik tradisional seperti tifa, gong, dan seruling. Irama musik yang cepat dan energik sejalan dengan gerakan tarian yang dinamis, menciptakan suasana semangat dan kegembiraan. Musik ini tidak hanya berfungsi sebagai pengiring, tetapi juga sebagai elemen yang memperkuat ekspresi dan emosi dalam tarian.

Pelestarian dan Apresiasi Publik

Tari Soya-Soya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional pada tahun 2013 dengan nomor registrasi 201300066. Pengakuan ini menunjukkan pentingnya tarian ini dalam khazanah budaya Indonesia. Selain itu, Tari Soya-Soya juga pernah ditampilkan dalam berbagai acara nasional, seperti pada perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-71 di Istana Negara, sebagai bagian dari tarian “Sasadu on The Sea” yang mengombinasikan beberapa tarian dari Maluku.

Upaya pelestarian tarian ini juga dilakukan oleh generasi muda, salah satunya adalah Darryl Simeon Sanggelorang, seorang pemuda berusia 16 tahun yang aktif melatih dan menampilkan Tari Soya-Soya dalam berbagai acara budaya. Atas dedikasinya, ia menerima penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi Kategori Anak dan Remaja pada tahun 2018 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kesimpulan

Tari Soya-Soya adalah cerminan semangat juang dan kekayaan budaya masyarakat Maluku Utara. Dengan gerakan yang dinamis dan penuh makna, tarian ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana untuk mengenang sejarah dan memperkuat identitas budaya. Pelestarian Tari Soya-Soya menjadi tanggung jawab bersama agar warisan budaya ini tetap hidup dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.