Mahkota Sultan Ternate, yang dikenal sebagai “Stampa,” merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang sarat dengan keunikan dan nilai sakral. Mahkota ini telah digunakan sejak masa Sultan pertama Ternate, Baab Mansyur Malamo, dan terus diwariskan hingga kini.

Keunikan Mahkota Stampa

Salah satu ciri khas yang membedakan Stampa dari mahkota kerajaan lainnya adalah adanya rambut di bagian atasnya. Menariknya, rambut ini diyakini dapat tumbuh memanjang layaknya rambut manusia. Untuk menjaga panjangnya, dilakukan ritual pemotongan rambut setahun sekali, biasanya bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Sebelum pemotongan, Sultan Ternate akan memimpin tahlilan dan sembahyang bersama.

Penyimpanan dan Perawatan

Mahkota Stampa disimpan dengan sangat hati-hati di ruangan khusus bernama “Kamar Puji” di Keraton Kesultanan Ternate. Mahkota ini ditempatkan dalam kotak kaca berukuran sekitar 50 cm yang dilapisi kain putih. Akses ke Kamar Puji sangat terbatas; hanya Sultan dan satu penjaga khusus yang diperbolehkan memasukinya, menegaskan statusnya sebagai benda keramat.

Peran dalam Tradisi Kesultanan

Selain sebagai simbol kekuasaan, Stampa memainkan peran penting dalam tradisi penobatan Sultan Ternate. Mahkota ini hanya dikenakan sekali, yaitu saat pelantikan Sultan. Setelahnya, mahkota disimpan kembali di Kamar Puji. Selain itu, terdapat kepercayaan bahwa Stampa digunakan dalam proses pemilihan istri Sultan. Calon istri Sultan harus tidur dengan mahkota tersebut; jika ia dapat tidur nyenyak tanpa gangguan, maka ia dianggap layak menjadi permaisuri.

Keunikan dan nilai historis Mahkota Stampa menjadikannya salah satu artefak budaya yang menarik perhatian banyak orang. Keberadaannya tidak hanya mencerminkan kekayaan tradisi Kesultanan Ternate, tetapi juga menambah kekayaan budaya Indonesia secara keseluruhan.