Benteng Kalamata, yang terletak di Kelurahan Kayu Merah, Kota Ternate Selatan, dibangun oleh Portugis pada tahun 1540 sebagai bagian dari upaya mereka memperluas pengaruh di wilayah Maluku. Awalnya bernama Benteng Santa Lucia, struktur ini didirikan di tepi pantai pada lokasi strategis yang memungkinkan pengawasan jalur lalu lintas laut dari berbagai arah.

Tujuan utama pendirian benteng ini adalah sebagai pertahanan dan basis penyerangan terhadap orang-orang Spanyol yang berada di Tidore. Selama masa kolonial, Benteng Kalamata menjadi objek perebutan antara kekuatan kolonial seperti Spanyol, Inggris, dan Belanda, serta Kesultanan Ternate.

Pada tahun 1570, terjadi konflik antara Portugis dan Kesultanan Ternate yang dipimpin oleh Sultan Khairun Jamil. Setelah pembunuhan Sultan Khairun oleh Gubernur Jenderal Portugis, Lopez de Mesquita, putranya, Kaicil Baab, dinobatkan sebagai Sultan Baabullah Datu Syah. Di bawah kepemimpinannya, pada tahun 1575, pasukan Ternate berhasil mengusir Portugis dari wilayah mereka.

Setelah kepergian Portugis, benteng ini sempat dikuasai oleh Spanyol dan difungsikan sebagai pos perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1609, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Pieter Both, mengambil alih dan memugar benteng ini, mengembalikan fungsinya sebagai benteng pertahanan. Meskipun mengalami beberapa renovasi, benteng ini beberapa kali ditinggalkan oleh penguasanya. Pada tahun 1799, atas perintah Kolonel Reimer, Mayor Van Lutzow melakukan perbaikan dengan menambahkan parit untuk memperkuat pertahanan menghadapi musuh.

Saat ini, Benteng Kalamata menjadi salah satu situs sejarah yang menarik bagi wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah kolonial di Ternate. Struktur benteng yang masih berdiri menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa penting yang pernah terjadi di wilayah ini.

Add a new location

Edit Location

Add up to 5 images to create a gallery for this location.

×