Sultan Baabullah, lahir sekitar 10 Februari 1528, adalah Sultan Ternate ke-24 yang memerintah dari 1570 hingga 1583. Ia dikenal sebagai salah satu sultan terbesar dalam sejarah Ternate dan Maluku karena berhasil mengusir Portugis dan membawa kesultanan ke puncak kejayaannya.
Sebagai putra Sultan Khairun Jamil dan Boki Tanjung, Baabullah menerima pendidikan agama yang kuat sejak kecil. Ia sering mendampingi ayahnya dalam urusan pemerintahan, termasuk selama pengasingan sementara ke Goa pada 1545-1546. Keterlibatannya dalam pemerintahan semakin intensif setelah dewasa, di mana ia membantu ayahnya menjalankan kesultanan.
Pada 1570, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis, memicu kemarahan di kalangan masyarakat Ternate. Baabullah kemudian naik takhta dan bersumpah untuk mengusir Portugis dari Ternate. Ia berhasil menggalang kekuatan dari berbagai wilayah di Maluku dan sekitarnya, termasuk Bacan, Jailolo, dan Tidore, untuk melawan Portugis.
Setelah pengepungan selama lima tahun, Baabullah berhasil memaksa Portugis meninggalkan benteng São João Baptista pada 15 Juli 1575. Kemenangan ini menandai berakhirnya dominasi Portugis di Ternate dan awal dari masa keemasan kesultanan di bawah kepemimpinan Baabullah.
Di bawah pemerintahannya, Kesultanan Ternate memperluas pengaruhnya hingga mencakup 72 pulau di Indonesia timur, termasuk sebagian besar Kepulauan Maluku, Sangihe, dan bagian dari Sulawesi. Pengaruh Ternate bahkan mencapai Solor, Bima, Mindanao, dan Raja Ampat. Perdagangan rempah-rempah dan hasil hutan Maluku berkembang pesat, meningkatkan peran Maluku dalam jaringan niaga Asia.
Sultan Baabullah wafat pada Juli 1583 dan digantikan oleh putranya, Said Barakati. Warisan kepemimpinannya yang kuat dan visinya dalam memperluas pengaruh Ternate menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia timur.